Nonton Ketoprak Pati_Wahyu Manggolo

Selasa, 12 Januari 2016

| | |


Menonton Ketoprak Wahyu Manggolo
(wawancara dengan penonton)
Menonton ketoprak mungkin sudah menjadi hal yang biasa oleh masyarakat Pati. Kota yang mendapatkan julukan “kota ketoprak” ini memang memiliki banyak grup-grup ketoprak yang sampai sekarang masih eksis di panggung-panggung hajatan ataupun acara-acara besar lainnya. Grup-grup ketoprak tersebut kurang lebih terdapat 35 grup, misalnya saja Manggolo Budoyo, Siswo Budoyo, Wahyu Manggolo, Langen Marsudi Rini, dan masih banyak lagi.
Grup-grup ketoprak tersebut menerima panggilan untuk pentas mengisi hajatan tidak hanya di daerah Pati saja, tetapi sampai keluar kota, seperti Jepara, Rembang, Semarang, Blora, dan lainnya. Di kota-kota lain pun juga terdapat beberapa grup ketoprak yang masih eksis, akan tetapi tidak sebanyak yang ada di Pati. Misalnya saja grup ketoprak Krido Mudho yang terdapat di daerah rembang.
Grup ketoprak di Pati yang memiliki jam terbang sangat padat, salah satunya adalah Wahyu Manggolo. Grup ketoprak yang beranggotakan kurang lebih 80 orang ini memamng sangat banyak penggemarnya, sehingga jadwal manggungnya pun sangat padat. Tidak hanya itu, hasil wawancara dengan salah satu penonton pun membuktikan bahwa grup yang satu ini memang menjadi salah satu grup favorit dan terlaris ‘tanggapan’nya.
Bu Inem, salah satu penonton mengatakan bahwa memang grup Wahyu Manggolo ini bagus dan sudah banyak yang tahu. “Senang Mbak, bisa menonton lakon ketoprak, apalagi ini Siswo Manggolo,” akunya sambil tersenyum.
Beliau juga mengatakan bahwa grup ketoprak yang saat itu sedang mementaskan lakon Suminten Edan banyak yang menanggapnya. Akan tetapi tidak hanya Siswo Manggolo saja yang menjadi grup ketoprak di Pati yang banyak penggemarnya. Grup tersebut hanya salah satu grup ketoprak di Pati yang banyak penggemar dan penanggapnya.
Walaupun di Pati sangat kental akan tradisi ketopraknya, Bu Mul mengatakan ada juga tradisi atau kesenian lain yang juga ditanggap saat hajatan, misalnya wayang.
Selain Bu Inem, saya bersama teman-teman saya juga berkesempatan untuk mewawancarai beberapa penonton yang saat itu juga sedang menikmati konser ketoprak yang disajikan apik oleh grup yang bersutradara Bapak Judek itu. Bapak Gunarto, penonton asli  Pati ini mengaku bahwa dirinya sering menonton ketoprak, dan Wahyu Manggolo menjadi grup favoritnya. Bapak berusia 60 tahun ini juga terkadang memberikan saweran kepada para penari ledek.
Bapak Gunarto juga mengatakan bahwa dirinya meluangkan waktu bertaninya untuk menonton ketoprak wahyu Manggolo ini. “Igin nonton ketoprak Wahyu Manggolo, tapi siangnya saja, belum tahu kalau yang nanti malam,” kata Pak Gun. Ketoprak Wahyu Manggolo saat itu memang ditanggap siang dan malam dengan dua lakon yang berbeda. Setiap lakon tersebut bisa ditentukan oleh si penanggapnya, namun terkadang ada juga yang ditentukan oleh grup ketoprak tersebut.
Tidak hanya Pak Gunarto yang memberikan saweran kepada para ledek, tetapi ada banyak yang memberika saweran disertai permintaan lagu kepada para penari wanita itu. Ada penyawer yang hanya sebatas meminta lagu, dan ada juga yang ikut berjoget dengan para penari sambil memberikan lembar-lembar rupiah. Penanggap pun saat itu juga ikut menyawer dan meminta lagu. Bentuk saweran juga tidak harus berupa uang, tetapi bisa berupa barang-barang lainnya.
Pada saat pementasan Suminten Edan ini, tidak hanya penari yang mendapatkan saweran dari penonton, para wayang pun bisa mendapatkan saweran. Misalnya saja wayang Suminten yang saat itu menjadi gila yang kemudian turun panggung dan berinteraksi dengan beberapa penonton, bisa mendapatkan saweran dari penonton.
Penonton yang datang untuk menikmati pentas ketoprak pun tidak hanya orang penyuka ketoprak, ada juga penonton yang mengaku menonton dengan alasan untuk menghargai tetangganya yang menanggap. Meskipun begitu, karena wayang-wayang dalam lakon Suminten Edan ini menyajikan pementasan dengan meriah, para penonton pun terlihat sangat menikmatinya.
Banyak anak kecil juga yang ikut menikmati sajian dari Wahyu Manggolo. Mereka bahkan duduk di barisan depan. Walaupun kebanyakan belum dan kurang paham akan cerita yang dibawakan, tetapi mereka juga menikmati kelucuan-kelucuan dari para wayang ketoprak ini. Intan, salah satu anak yang diwawancari mengaku bahwa dirinya menonton karena diajak oleh orangtuanya. Meskipun begitu, ia tetap mau menonton dengan tenang di barisan depan, bahkan ia juga mengatakan kalau para pemerannya lucu-lucu.
Saat ini memang masih banyak penikmat ketoprak yang setia untuk menonton bahkan menanggap grup-grup ketoprak untuk bermacam-macam hajatan ataupun acara lainnya. Grup-grup ketoprak pun masih banyak terdapat di Kota Mina Tani ini, bahkan penggemar dan penanggap tidak hanya dari dalam daerah saja. Akan tetapi, kepedulian terhadap tradisi ketoprak juga perlu diperhatikan, agar Pati tetap bisa menjadi kota ketoprak, begitu pun supaya bisa berkembang sampai luar daerah.

0 komentar:

Posting Komentar