Menonton
Ketoprak Wahyu Manggolo
(wawancara
dengan penonton)
Menonton ketoprak mungkin sudah menjadi
hal yang biasa oleh masyarakat Pati. Kota yang mendapatkan julukan “kota
ketoprak” ini memang memiliki banyak grup-grup ketoprak yang sampai sekarang
masih eksis di panggung-panggung hajatan ataupun acara-acara besar lainnya.
Grup-grup ketoprak tersebut kurang lebih terdapat 35 grup, misalnya saja
Manggolo Budoyo, Siswo Budoyo, Wahyu Manggolo, Langen Marsudi Rini, dan masih
banyak lagi.
Grup-grup ketoprak tersebut menerima
panggilan untuk pentas mengisi hajatan tidak hanya di daerah Pati saja, tetapi
sampai keluar kota, seperti Jepara, Rembang, Semarang, Blora, dan lainnya. Di
kota-kota lain pun juga terdapat beberapa grup ketoprak yang masih eksis, akan
tetapi tidak sebanyak yang ada di Pati. Misalnya saja grup ketoprak Krido Mudho
yang terdapat di daerah rembang.
Grup ketoprak di Pati yang memiliki jam
terbang sangat padat, salah satunya adalah Wahyu Manggolo. Grup ketoprak yang beranggotakan
kurang lebih 80 orang ini memamng sangat banyak penggemarnya, sehingga jadwal
manggungnya pun sangat padat. Tidak hanya itu, hasil wawancara dengan salah
satu penonton pun membuktikan bahwa grup yang satu ini memang menjadi salah
satu grup favorit dan terlaris ‘tanggapan’nya.
Bu Inem, salah satu penonton mengatakan
bahwa memang grup Wahyu Manggolo ini bagus dan sudah banyak yang tahu. “Senang
Mbak, bisa menonton lakon ketoprak, apalagi ini Siswo Manggolo,” akunya sambil
tersenyum.
Beliau juga mengatakan bahwa grup
ketoprak yang saat itu sedang mementaskan lakon Suminten Edan banyak yang
menanggapnya. Akan tetapi tidak hanya Siswo Manggolo saja yang menjadi grup
ketoprak di Pati yang banyak penggemarnya. Grup tersebut hanya salah satu grup
ketoprak di Pati yang banyak penggemar dan penanggapnya.
Walaupun di Pati sangat kental akan
tradisi ketopraknya, Bu Mul mengatakan ada juga tradisi atau kesenian lain yang
juga ditanggap saat hajatan, misalnya wayang.
Selain Bu Inem, saya bersama teman-teman
saya juga berkesempatan untuk mewawancarai beberapa penonton yang saat itu juga
sedang menikmati konser ketoprak yang disajikan apik oleh grup yang
bersutradara Bapak Judek itu. Bapak Gunarto, penonton asli Pati ini mengaku bahwa dirinya sering menonton
ketoprak, dan Wahyu Manggolo menjadi grup favoritnya. Bapak berusia 60 tahun
ini juga terkadang memberikan saweran kepada para penari ledek.
Bapak Gunarto juga mengatakan bahwa
dirinya meluangkan waktu bertaninya untuk menonton ketoprak wahyu Manggolo ini.
“Igin nonton ketoprak Wahyu Manggolo, tapi siangnya saja, belum tahu kalau yang
nanti malam,” kata Pak Gun. Ketoprak Wahyu Manggolo saat itu memang ditanggap
siang dan malam dengan dua lakon yang berbeda. Setiap lakon tersebut bisa
ditentukan oleh si penanggapnya, namun terkadang ada juga yang ditentukan oleh
grup ketoprak tersebut.
Tidak hanya Pak Gunarto yang memberikan
saweran kepada para ledek, tetapi ada banyak yang memberika saweran disertai
permintaan lagu kepada para penari wanita itu. Ada penyawer yang hanya sebatas
meminta lagu, dan ada juga yang ikut berjoget dengan para penari sambil
memberikan lembar-lembar rupiah. Penanggap pun saat itu juga ikut menyawer dan
meminta lagu. Bentuk saweran juga tidak harus berupa uang, tetapi bisa berupa
barang-barang lainnya.
Pada saat pementasan Suminten Edan ini,
tidak hanya penari yang mendapatkan saweran dari penonton, para wayang pun bisa
mendapatkan saweran. Misalnya saja wayang Suminten yang saat itu menjadi gila
yang kemudian turun panggung dan berinteraksi dengan beberapa penonton, bisa
mendapatkan saweran dari penonton.
Penonton yang datang untuk menikmati
pentas ketoprak pun tidak hanya orang penyuka ketoprak, ada juga penonton yang
mengaku menonton dengan alasan untuk menghargai tetangganya yang menanggap.
Meskipun begitu, karena wayang-wayang dalam lakon Suminten Edan ini menyajikan
pementasan dengan meriah, para penonton pun terlihat sangat menikmatinya.
Banyak anak kecil juga yang ikut
menikmati sajian dari Wahyu Manggolo. Mereka bahkan duduk di barisan depan.
Walaupun kebanyakan belum dan kurang paham akan cerita yang dibawakan, tetapi
mereka juga menikmati kelucuan-kelucuan dari para wayang ketoprak ini. Intan,
salah satu anak yang diwawancari mengaku bahwa dirinya menonton karena diajak
oleh orangtuanya. Meskipun begitu, ia tetap mau menonton dengan tenang di
barisan depan, bahkan ia juga mengatakan kalau para pemerannya lucu-lucu.
Saat ini memang masih banyak penikmat
ketoprak yang setia untuk menonton bahkan menanggap grup-grup ketoprak untuk
bermacam-macam hajatan ataupun acara lainnya. Grup-grup ketoprak pun masih
banyak terdapat di Kota Mina Tani ini, bahkan penggemar dan penanggap tidak
hanya dari dalam daerah saja. Akan tetapi, kepedulian terhadap tradisi ketoprak
juga perlu diperhatikan, agar Pati tetap bisa menjadi kota ketoprak, begitu pun
supaya bisa berkembang sampai luar daerah.
0 komentar:
Posting Komentar