DI ANTARA BUTIRAN MENDUNG SENJA ITU
Sore itu langit tertutup awan hitam,
mendung merambat memeluk senja. Semua siswa siswi SMA MUH1 bergegas pulang
setelah bel berbunyi. Suasana sekolah pun menjadi lenggang. Di luar sekolah
terlihat seorang siswi sendirian termenung menopang dagu. Wajahnya sendu
menatap mendung sore itu. Mela itulah nama siswi itu, ia duduk menunggu
angkutan umum dengan gelisah, takut hujan akan segera turun dan membasahi
tubuhnya.
Namun sebelum angkutan datang, hujan
mulai turun dengan semakin deras. Mela pun berlari menuju tempat yang teduh.
Mela : “ Aduh.. bagaimana ini, aku bisa telat nih
sampe rumah. Hp mati lagi. Mana angkot gak dateng-dateng lagi, apa pada ikut
demo BBM naik ya?? Huhhh..” (gerutu Mela)
Dan tiba-tiba Ahmad (teman Mela) datang
ikut berteduh dengan menuntun sepeda onthelnya.
Ahmad : “ Lhoh Mel, kok belum pulang? Sendirian
lagi. Nunggu siapa sih?” (tanya Ahmad)
Mela : “ Iya nih, nunggu jemputan, hehe.”
Ahmad : “ Owh, nunggu jemputan. Di jemput bapak
kamu ya?
Mela : “ Bukan.”
Ahmad : “ trus siapa dong? Pacar kamu pasti??”
Mela : “ Ih KEPO banget sih kamu Mad. Dijemput
angkot. Lha kamu kok belum pulang? “
Ahmad : “ Iya tadi ada urusan, trus gak bawa
mantel juga.” (kata Ahmad sambil duduk di sebelah Mela)
Mela : “ Wah ujan-ujan gini bikin laper ya Mad.”
Ahmad : “Hahaha.. iya nih Mel, bener, bikin
laper, dingin lagi..brrr.” (jawab Ahmad dengan menggosok-gosokkan tangannya
untuk menghangatkan pipinya)
Mela : “ Duh.. ujannya kok gak berenti-berenti ya,
mana angkotnya gak dateng-dateng lagi. Bikin emosi deh.”
Ahmad : “Sabar ajalah, bentar lagi juga reda,
gak usah gelisah gitu dong.”
Mela : “ Masalahnya laper tauk! Gak bisa kompromi ni
perut. Udah krucuk-krucuk, hehe.”
Ahmad : “ Oh iya.”(kata Ahmad tiba-tiba,
kemudian mengeluarkan sesuatu dari tasnya)
Mela : “ Kenapa kamu Mad ?” (tanya Mela heran)
Ahmad : “ Nih, aku punya roti, tadi beli di
kantin. Mau gak?buat ganjel perut, hehe.” (kata Ahmad ambil menyodorkan roti
yang sudah di bagi 2)
Mela : “ Udah Mad, gak usah, buat kamu aja.”
Ahmad : “ Hallah, ambil aja Mel, kamu kan juga
laper. Nih ambil.”
Mela : “ Ya udah deh, makasih ya Mad.” ( Mela
tersenyum sambil menerima roti)
Ahmad : “ Nah.. gitu dong, kan enak makannya
bareng-bareng gini.”
Mereka pun makan roti dengan lahap.
Selama hujan turun, mereka terus bercerita banyak hal dengan sesekali ada tawa
di antara mereka. Waktu semakin sore, hujan belum juga reda.
Mela : “ Ya ampun, mana sih angkutannya?”( kata Mela
kesal)
Ahmad : “ Sabar Mel, bentar lagi juga dateng.”(
Ahmad mencoba menenangkan Mela)
Kemudian datang sorang pengemis tua, dan
menghampiri mereka berdua dengan muka pasi dan kaki pincang. Tubuhnya renta
seakan tak berdaging, hanya sisa tulang dan kulit yang menua.
Pengemis: “ Nak,
kasianilah saya, saya belum makan 2 hari.” (kata pengemis itu pada Ahmad dan
Mela dengan suara lirih)
Mela kemudian menyenggol lengan Ahmad sambil
berbisik.
Mela : “ Mad, kamu ada uang gak? Uangku tinggal 5
ribu nih, itu aja buat naik angkot ntar.”
Ahmad : “ Aku gak ada uang Mel. Uangku udah
abis buat ngeprint tugas tadi.” ( kata Ahmad sambil memegangi saku yang memamg
kosong tak ada uang yang tersisa)
Mela : “ Trus gimana nih? Kasian banget pengemisnya,
mukanya sampe pucat karena belum makan.”
Ahmad : “ Ya, gimana dong? Aku juga gak ada
uang.”
Saat keduanya masih saling berbisik, si
pengemis tadi berjalan meninggalkan mereka. Namun tiba-tiba Mela lari
menghampiri pengemis tadi yang belum jauh.
Mela : “ Ma’af nek, ini ada sedikit uang buat nenek,
semoga cukup buat beli makan ya nek.” ( kata Mela pada pengemis itu sambil
memberikan uang 5 ribuan)
Pengemis : “
Alhamdulillah nak, semoga Allah membalas kebaikan kamu nak, dan dilimpahkan
rejekinya.” ( kata pengemis tadi pada Mela sambil mengelus pundak Mela)
Kemudian pengemis tua meninggalkan Mela
dengan wajah sangat senang. Mela pun terus memandang punggung si pengemis
dengan wajah sendu karena kasihan.
Melihat Mela yang terus diam memandang
kepergian pengemis, Ahmad berjalan menghampiri Mela.
Ahmad : “ Hei, malah bengong.” ( sambil menepuk
pundak Mela)
Mela : “ Eh, ngagetin aja kamu Mad.”
Ahamd : “ Hehe, ma’af. Eh iya Mel, terus kamu
pulangnya gimana? Uang kamu kan tinggal itu doang.”
Mela : “ Emmm.. jalan mungkin.” ( jawab Mela sambil
tersenyum)
Ahmad : “ Beneran mau jalan nih? Rumah kamu kan
lumayan jauh Mel.”
Mela : “ gak papa, itung-itung olahraga, hehe.”
Ahmad : “ Gimana kalo bareng aku aja? Kan rumah
kamu juga gak jauh banget dari rumahku. Gimana? Mau gak nih?”
Mela hanya diam tak menjawab.
Ahmad : “ Gimana Mel? Malah diem aja, kan kalo
bareng aku lebih cepet daripada jalan. Ujannya juga udah agak reda nih. Ayo
Mel.”
Ahmad menaiki sepedanya dan menunggu
Mela yang masih berpikir.
Mela : “ Beneran gak papa nih? Gak ngrepotin kamu?”
Ahmad : “ Iya enggaklah Mel, gak repot kok.
Kita kan temen Mel, jadinya harus saling bantu dong.” (Ahmad tersenyum
meyakinkan Mela)
Mela : “ Ya udah, oke deh.” ( Mela juga tersenyum)
Ahmad : “ nah gitu dong, oke ayo berangkat,
hehe.”
Mela pun membonceng sepeda Ahmad. Mereka
melaju menerobos rintikan gerimis yang mulai mereda, yang menyisakan genangan
air di badan jalan. Ahamad dan Mela terlihat sangat akrab. Di sepanjang jalan
mereka terus bercerita. Dan gerimis senja itu pun mengakrabkan keduanya.