contoh puisi

Jumat, 18 Maret 2016

| | | 0 komentar


Baladaku pada Sang Rindu
Kau tau, rindu?
Aku sampai saat ini masih menjadi penggemarmu
Ya..., masih menjadi penggemar setiamu, rindu
Tapi taukah kau , rindu?
Aku juga takut akan dirimu
Takut jika dirimu akan menjadi canduku
Rindu...
Sesaat yang lalu, aku memanggilmu lirih
Kau tak dengar?
Apa kau hanya sedikit enggan untuk mendengarnya?
Sudahlah, tak apa
Aku hanya akan sedikit bercerita padamu, rindu
Rindu, pernahkah kau merasa dirimu menjadi orang yang bodoh?
Bukan bodoh akan ilmu-ilmu pengetahuan
Namun bodoh karena tak mampu mengungkapkan perasaan
Hanya berdiri, tak bersuara, pun tak berkedip di hadapannya
Malah bertingkah seakan dirimu menjadi tokoh lawakan
Ya... untuk mengundang perhatian
Namun gagal... hahaha
Dengan tawa sumbang
Terlihat bodoh dan hanya kekonyolan yang tergambarkan
Apa kau pernah begitu, rindu?
Mungkin belum...
Ah, kau tak akan pernah tau itu rindu
Dan mungkin hanya aku yang terus menjadi bodoh seperti itu
Tapi dengarlah sedikit lebih lama ceritaku, rindu
Biarkan aku melepaskan sejenak keluhku padamu
Karena semakin sesak aku memikirkan alasan kenapa aku begitu
Peluk aku, rindu!
Dekap sebentar saja diriku!
Berikan bahumu, rindu!
Bolehkan aku merebahkan peluhku yang kecu?
Jangan dendangkan lagu bersenandung sendu, rindu!
Sebab aku tak mau tertahan dalam nada-nada biru

15 Maret 2016
A.Maulani

Pengaruh Pendidikan Orang Tua terhadap Prestasi Anak

Senin, 18 Januari 2016

| | | 0 komentar


PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK

Dalam urusan mendidik, keluarga memang tempat yang pertama dan utama dalam membentuk pribadi seorang anak. Terutama peran dari orang tua, yaitu bapak dan ibu. Secara tidak langsung seorang anak akan meniru kelakuan maupun tutur kata dari orang tua. Sehingga orang tua harus berhati-hati dalam bertindak di depan anak, agar anak juga bisa mencontoh perilaku yang baik. Dalam mengasuh anak pun seorang orang tua juga butuh pengetahuan ataupun pengalaman serta wawasan yang luas, agar si anak juga bisa mendapat pembelajaran dari orang tua dengan baik.
Tingkat pendidikan orang tua juga dianggap menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi akademik anak. Namun hal ini belim bisa dipastikan kebenarannya. Dalam hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua tidak memiliki hubungan secara langsung terhadap prestasi akademik anak, tetapi malah menjadi salah satu bagian dari konstelasi yang lebih besar terhadap perbedaan psikologi dan sosiologi yang dapat mempengaruhi hasil sekolah.
Orang tua yang tingkat pendidikannya lebih tinggi memang akan mempunyai sumber daya yang lebih besar, misalnya pengetahuan tentang ilmu-ilmu sekolah yang lebih banyak daripada orang tua yang tidak berpendidikan, wawasan tentang urusan pendidikan yang lebih luas, juga pengalaman-pengalaman yang lebih tentang dunia pendidikan. Namun ada juga orang tua yang tidak berpendidikan tinggi tapi mempunyai banyak wawasan, pengalaman juga mempunyai pengetahuan tentang pendidikan walaupun tidak seperti orang tua yang berendidikan tinggi. Orang yang berpendidikan tinggi dapat meningkatkan fasilitas yang berupa pengetahuan lebih untuk kemajuan pendidikan anaknya dan mempunyai strategi pemecahan masalah yang kondusif bagi sekolah untuk keberhasilan anak-anak mereka. Orang tua yang berpendidikan tinggi juga mungkin menggunakan strategi yang lebih efektif untuk sekolah anaknya daripada orang tua yang kurang tinggi pendidikannya.
Ada banyak teori dari para ahli dan peneliti yang berpendapat bahwa siswa yang memahami makna prestasi telah memiliki dasar-dasar yang cukup baik dalam proses sosialisasi seperti pengamatan terhadap orang tua, ada juga yang berpendapat bahwa melalui kualitas orang tua mempengaruhi keaktifan anak dan anak-anak juga mempengaruhi orang tua mereka. Serta orang tua yang berpendidikan tinggi akan lebih percaya diri dalam membantu anak-anak mereka belajar dan mengerjakan tugas sekolah sehingga akan mempengaruhi kemampuan akademis.
Pemikiran orang tua yang mempunyai pendidikan lebih tinggi juga pasti akan berbeda gengan pemikiran orang tua yang berpendidikan kurang atau rendah, walaupun tetap ada beberapa orang tua yang tingkat pendidikannya kurang tetapi punya pemikiran yang hebat seperti orang tua dengan pendidikan tinggi. Sebagian besar orang tua yang berpendidikan tinggi mempunyai cita-cita yang tinggi pula terhadap pendidikan anaknya. Merka akan menginginkan anaknya untuk berpendidikan yang lebih tinggi atau setidaknya setara atau sama dengan pendidikan orang tuanya. Para orang tua ini akan mendorong anak-anaknya untuk bersekolah dan berpendidikan tinggi serta mendorong untuk terus berprestasi. Orang tua yang berpendidikan tinggi pun juga punya kemampuan emosi untuk membantu anak-anaknya dalam memecahkan masalah dalam belajar dan juga yang berkaitan dengan pergaulan anak dengan teman maupun lingkungan masyarakat.
Hal tersebut tentunya agak berbeda dengan beberapa orang tua yang berlatar belakang pendidikan rendah atau yang tidak berpendidikan. Dikarenakan kapasitas pengetahuan tentang ilmu sekolah serta pengalaman dalam pendidikan yang dimiliki agak kurang maka kemampuan dalam membantu anak dalam mengerjakan tugas sekolah serta masalah pergaulan anak di lingkungan sekolah kurang baik, walaupun tidak semua orang tua yang berpendidikan rendah seperti itu. Sebab ada kemungkinan orang tua yang berpendidikan rendah mempunyai sifat positif terhadap pendidikan anaknya, meskipun kurang menunjang pula dalam meningkatkan belajar si anak.
Apalagi perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini yang sangat cepat. Setiap orang termasuk anak-anak senantiasa dituntut untuk mengikuti perkembangannya. Anak-anak pun kini sangat cepat mempelajari alat-alat teknologi yang canggih. Sehingga untuk orang tua juga harus mampu mengikuti perkembangannya agar bisa mengawasi dan mendmpngi anaknya dalam penggunaan teknologi tersebut. Hal ini dibutuhkan untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan.
Keberhasilan seorang anak memang sangat dipengaruhi oleh peran orang tua dalam mendidiknya. Menurut Djaali (2009;99) pendidikan orang tua, status ekonomi, rumah kediaman ; presentase hubungan orang tua, perkataan dan bimbingan orang tua mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. Dari pendapat tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa tingkat pendidikan orang tua menjadi salah satu faktor yang memepengaruhi prestasi anak secara langsung maupun tidak langsung, serta pemahaman tujuan pendidikan oleh orang tua.
Namun demikian, mnampaknya memang masih perlu penelitian lebih lanjut untuk masalah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi anak yang dengan memandang keberagaman etnis dan kelompok budaya di Indonesia. Hali ini diperlukan untuk memastikan apakah benar tingkat pendidikan orang tua ikut peran dalam menentukan pandangan orang tua terhadap pendidikan anak, minat mereka terhadap kualitas sekolah yang dipilih untuk anak mereka belajar, ataupun ada pengaruh terhadap keberhasilan akademis anak.


contoh cerpen

| | | 0 komentar


DI ANTARA BUTIRAN MENDUNG SENJA ITU

        Sore itu langit tertutup awan hitam, mendung merambat memeluk senja. Semua siswa siswi SMA MUH1 bergegas pulang setelah bel berbunyi. Suasana sekolah pun menjadi lenggang. Di luar sekolah terlihat seorang siswi sendirian termenung menopang dagu. Wajahnya sendu menatap mendung sore itu. Mela itulah nama siswi itu, ia duduk menunggu angkutan umum dengan gelisah, takut hujan akan segera turun dan membasahi tubuhnya.
        Namun sebelum angkutan datang, hujan mulai turun dengan semakin deras. Mela pun berlari menuju tempat yang teduh.
Mela         : “ Aduh.. bagaimana ini, aku bisa telat nih sampe rumah. Hp mati lagi. Mana angkot gak dateng-dateng lagi, apa pada ikut demo BBM naik ya?? Huhhh..” (gerutu Mela)
        Dan tiba-tiba Ahmad (teman Mela) datang ikut berteduh dengan menuntun sepeda onthelnya.
Ahmad       : “ Lhoh Mel, kok belum pulang? Sendirian lagi. Nunggu siapa sih?” (tanya Ahmad)
Mela           : “ Iya nih, nunggu jemputan, hehe.”
Ahmad       : “ Owh, nunggu jemputan. Di jemput bapak kamu ya?
Mela           : “ Bukan.”
Ahmad       : “ trus siapa dong? Pacar kamu pasti??”
Mela           : “ Ih KEPO banget sih kamu Mad. Dijemput angkot. Lha kamu kok belum pulang? “
Ahmad       : “ Iya tadi ada urusan, trus gak bawa mantel juga.” (kata Ahmad sambil duduk di sebelah Mela)
Mela             : “ Wah ujan-ujan gini bikin laper ya Mad.”
Ahmad       : “Hahaha.. iya nih Mel, bener, bikin laper, dingin lagi..brrr.” (jawab Ahmad dengan menggosok-gosokkan tangannya untuk menghangatkan pipinya)
Mela           : “ Duh.. ujannya kok gak berenti-berenti ya, mana angkotnya gak dateng-dateng lagi. Bikin emosi deh.”
Ahmad       : “Sabar ajalah, bentar lagi juga reda, gak usah gelisah gitu dong.”
Mela           : “ Masalahnya laper tauk! Gak bisa kompromi ni perut. Udah krucuk-krucuk, hehe.”
Ahmad       : “ Oh iya.”(kata Ahmad tiba-tiba, kemudian mengeluarkan sesuatu dari tasnya)
Mela             : “ Kenapa kamu Mad ?” (tanya Mela heran)
Ahmad       : “ Nih, aku punya roti, tadi beli di kantin. Mau gak?buat ganjel perut, hehe.” (kata Ahmad ambil menyodorkan roti yang sudah di bagi 2)
Mela            : “ Udah Mad, gak usah, buat kamu aja.”
Ahmad       : “ Hallah, ambil aja Mel, kamu kan juga laper. Nih ambil.”
Mela            : “ Ya udah deh, makasih ya Mad.” ( Mela tersenyum sambil menerima roti)
Ahmad       : “ Nah.. gitu dong, kan enak makannya bareng-bareng gini.”
        Mereka pun makan roti dengan lahap. Selama hujan turun, mereka terus bercerita banyak hal dengan sesekali ada tawa di antara mereka. Waktu semakin sore, hujan belum juga reda.
Mela           : “ Ya ampun, mana sih angkutannya?”( kata Mela kesal)
Ahmad       : “ Sabar Mel, bentar lagi juga dateng.”( Ahmad mencoba menenangkan Mela)
        Kemudian datang sorang pengemis tua, dan menghampiri mereka berdua dengan muka pasi dan kaki pincang. Tubuhnya renta seakan tak berdaging, hanya sisa tulang dan kulit yang menua.
Pengemis: “ Nak, kasianilah saya, saya belum makan 2 hari.” (kata pengemis itu pada Ahmad dan Mela dengan suara lirih)
        Mela kemudian menyenggol lengan Ahmad sambil berbisik.
Mela            : “ Mad, kamu ada uang gak? Uangku tinggal 5 ribu nih, itu aja buat naik angkot ntar.”
Ahmad       : “ Aku gak ada uang Mel. Uangku udah abis buat ngeprint tugas tadi.” ( kata Ahmad sambil memegangi saku yang memamg kosong tak ada uang yang tersisa)
Mela          : “ Trus gimana nih? Kasian banget pengemisnya, mukanya sampe pucat karena belum makan.”
Ahmad       : “ Ya, gimana dong? Aku juga gak ada uang.”
        Saat keduanya masih saling berbisik, si pengemis tadi berjalan meninggalkan mereka. Namun tiba-tiba Mela lari menghampiri pengemis tadi yang belum jauh.
Mela          : “ Ma’af nek, ini ada sedikit uang buat nenek, semoga cukup buat beli makan ya nek.” ( kata Mela pada pengemis itu sambil memberikan uang 5 ribuan)
Pengemis  : “ Alhamdulillah nak, semoga Allah membalas kebaikan kamu nak, dan dilimpahkan rejekinya.” ( kata pengemis tadi pada Mela sambil mengelus pundak Mela)
        Kemudian pengemis tua meninggalkan Mela dengan wajah sangat senang. Mela pun terus memandang punggung si pengemis dengan wajah sendu karena kasihan.
        Melihat Mela yang terus diam memandang kepergian pengemis, Ahmad berjalan menghampiri Mela.
Ahmad       : “ Hei, malah bengong.” ( sambil menepuk pundak Mela)
Mela           : “ Eh, ngagetin aja kamu Mad.”
Ahamd       : “ Hehe, ma’af. Eh iya Mel, terus kamu pulangnya gimana? Uang kamu kan tinggal itu doang.”
Mela          : “ Emmm.. jalan mungkin.” ( jawab Mela sambil tersenyum)
Ahmad       : “ Beneran mau jalan nih? Rumah kamu kan lumayan jauh Mel.”
Mela           : “ gak papa, itung-itung olahraga, hehe.”
Ahmad      : “ Gimana kalo bareng aku aja? Kan rumah kamu juga gak jauh banget dari rumahku. Gimana? Mau gak nih?”
        Mela hanya diam tak menjawab.
Ahmad       : “ Gimana Mel? Malah diem aja, kan kalo bareng aku lebih cepet daripada jalan. Ujannya juga udah agak reda nih. Ayo Mel.”
        Ahmad menaiki sepedanya dan menunggu Mela yang masih berpikir.
Mela            : “ Beneran gak papa nih? Gak ngrepotin kamu?”
Ahmad       : “ Iya enggaklah Mel, gak repot kok. Kita kan temen Mel, jadinya harus saling bantu dong.” (Ahmad tersenyum meyakinkan Mela)
Mela           : “ Ya udah, oke deh.” ( Mela juga tersenyum)
Ahmad       : “ nah gitu dong, oke ayo berangkat, hehe.”
        Mela pun membonceng sepeda Ahmad. Mereka melaju menerobos rintikan gerimis yang mulai mereda, yang menyisakan genangan air di badan jalan. Ahamad dan Mela terlihat sangat akrab. Di sepanjang jalan mereka terus bercerita. Dan gerimis senja itu pun mengakrabkan keduanya.

TEMBUNG SAROJA

Minggu, 17 Januari 2016

| | | 0 komentar


   A. TEMBUNG SAROJA
Tembung saroja iku tembung kang rinakit seka rong (2) tembung kang (mèh) padha tegesé lan bisa nuwuhaké makna kang luwih teges. Bisa maknané perkara kang ana sesambungané, bisa uga kahanan kang mbangetaké.
Tuladhane :
·        sato kéwan = perkara kéwan
·        ayem tentrem = tentrem tenan
·        tepa tuladha = tuladha
·        tresna asih = asih tenan
·        colong jupuk = perkara nyolong utawa kagiatan nyolong.
        Conto liyane : tumpang tindhih, dana driyah, mukti wibawa, tingkah laku.
        Tuladhane ukara sing nganggo tembung saroja :
     1.     Wong  Jawa pranyata nduweni kabudayan kang adi luhung.
   2.     Pegaweyane mung angkat junjung, apa bisa nyukupi kebutuhane kulawargane ?
   3.     Direwangi njungkir njempalik meksa ora bisa cukup kanggo mangan saben dinane.
    4.     Dedeg piadege gedhe dhuwur tur gagah prakosa.
    5.     Satriya ing Madukara iya raden Harjuna pranyata satriya kang sekti mandraguna.

   B. JOGJASWARA
Tembung yogyaswara iku tembung kang ngresepake, amarga kepenak dirungokake.
Tuladha:
 dewa-dewi, apsara-apsari, kedhana-kedhini, putra-putri, siswa-siswi, mahasiswa-mahasiswi, gandarwa-gandarwi, pramugara-pramugari, raseksa-raseksi, lsp.
Tembung yogyaswara beda lho ya karo dwilingga salin swara. Menawa dwilingga salin swara kuwi ora duwe  teges lanang wadon, ananging tegese padha.
Tuladhane dwilingga salin swara:
bola-bali
, wira-wiri, mloka-mlaku, mrana-mrene, lsp.
C. TEMBUNG GARBA (SANDI)
Tembung garba yaiku nggandheng tembung loro utawa luwih kanthi cara nyuda cacahing wanda   (suku  kata).
Tuladha:
 [1] a + a = a
tuladha : sesotya + adi = sesotyadi

[2] a + i = e
tuladha : parama + iswara = parameswara

[3] a + u = o
tuladha : sara + utama = sarotama

[4] a + o = o
tuladha :aOcdadya + ojat = dadyojat

[5] i + i = i
tuladha :

siti + inggil = sitinggilaOc[6] i + a = ya
tuladha :aOclagi + antuk = lagyantuk

[7] u + a = wa
tuladha :aOcmasku + ari = maskwari

[8] u + i = wi
tuladha :aOcmunggu + ing = munggwing

[9] o + a = wa
tuladha:aOckebo + alasan = kebwalasan

Tuladha liyane:

·        narendra nara + endra,
·        lagyantuk lagi + antuk,
·        dupyarsa dupi + arsa,
·        kapyarsa kapi + arsa.

·        jiwa + angga = jiwangga

·        lebda + ing = lebding

·        nara + endra = narendra

·        dupi + arsa = dupyarsa

D. TEMBUNG PLUTAN
Tembung plutan yaiku tembung kang wandane loro kang dirangkep didadekake sawanda.
Tuladha :
1. para dadi pra
2. kiyat dadi kyat
3. suwara dadi swara
4. murih dadi mrih
5. weruh dadi wruh
6. sari dadi sri
7. suwarga dadi swarga
8. sarana dadi srana
9. dicuwowo dadi dicwowo 
10. suwasa dadi swasa
11. kuluban dadi kluban
12. gumerit dadi gumrit
13. kuwalon dadi kwalon
14. deres dadi dres
15. kuwasa dadi kwasa
16. serat dadi srat
17. purihen dadi prihen
18. keras dadi kras
19. dereng dadi dreng
20. sinarawedi dadi sinrawedi
21. samaya dadi smaya
22. seret dadi sret
23. sumangkeyan dadi smangkeyan
24. sakarepmu dadi skarepmu
25. saprongkal dadi sprongkal
26. ketambuhan dadi ktambuhan
27. telulikur dadi tlulikur
28. suwidak dadi swidak
29. suwasa dadi swasa
30. pinerang dadi pinrang
31. cuwiri dadi cwiri
32. welas dadi wlas
33. gumantung dadi gmantung
34. sinerang dadi sinrang

 


Sumber :